Ehhmm….
Tak
hentiinya aku menyapa teman-teman bloggerku untuk sharing pengetahuan..
Karena dari
sahabat bloggerlah yang memberiku imajinasi untuk selalu berbagi pengetahuan..
Kali ini aku
ingin bercerita sedikit tentang Sii Anak Rajin dan pohon pengetahuan…
Temen-temen
pasti penasarankan sama ceritaku yang satu ini…
Anak Rajin dan Pohon Pengetahuan
PADA suatu
waktu, hiduplah seorang anak yang rajin belajar. Malik, namanya. Usianya tujuh
tahun. Sehari-hari ia berladang. Juga mencari kayu bakar di hutan. Hidupnya
sebatang kara. Malik amat rajin membaca. Semua buku habis dilahapnya. Ia rindu
akan pengetahuan.
Suatu hari ia tersesat di hutan. Hari sudah gelap. Akhirnya Malik memutuskan untuk bermalam di hutan. Ia bersandar di pohon dan jatuh tertidur. Dalam tidurnya, samar-samar Malik mendengar suara memanggilnya. Mula-mula ia berpikir itu hanya mimpi. Namun, di saat ia terbangun, suara itu masih memanggilnya. “Anak muda, bangunlah! Siapakah engkau? Mengapa kau ada disini?” Malik amat bingung. Darimana suara itu berasal? Ia mencoba melihat ke sekeliling. “Aku disini. Aku pohon yang kau sandari!” ujar suara itu lagi.
Seketika Malik menengok. Alangkah terkejutnya ia! Pohon yang disandarinya ternyata memiliki wajah di batangnya.
“Jangan takut! Aku bukan makhluk jahat. Aku Tule, pohon pengetahuan. Nah, perkenalkan dirimu,” ujar pohon itu lagi lembut. “Aku Malik. Pencari kayu bakar. Aku tersesat, jadi terpaksa bermalam disini,” jawab Malik takut-takut.
“Nak, apakah kau tertarik pada ilmu pengetahuan? Apa kau bisa menyebutkan kegunaannya bagimu?” tanya pohon itu.
“Oh, ya ya, aku sangat tertarik pada ilmu pengetahuan. Aku jadi tahu banyak hal. Aku tak mudah dibodohi dan pengetahuanku kelak akan sangat berguna bagi siapa saja. Sayangnya, sumber pengetahuan di desaku amat sedikit. Sedangkan kalau harus ke kota akan membutuhkan biaya yang besar. Aku ingin sekali menambah ilmuku tapi tak tahu bagaimana caranya.”
“Dengarlah, Nak. Aku adalah pohon pengetahuan. Banyak sekali orang mencariku, namun tak berhasil menemukan. Hanya orang yang berjiwa bersih dan betul-betul haus akan pengetahuan yang dapat menemukanku. Kau telah lolos dari persyaratan itu. Aku akan mengajarimu berbagai pengetahuan. Bersediakah kau?” tanya si pohon lagi. Mendengar hal itu Malik sangat girang.
Sejak hari itu Malik belajar pada pohon pengetahuan. Hari-hari berlalu dengan cepat. Malik tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Pengetahuannya amat luas. Suatu hari pohon itu berkata, “Malik, kini pergilah mengembara. Carilah pengalaman yang banyak. Gunakanlah pengetahuan yang kau miliki untuk membantumu. Jika ada kesulitan, kau boleh datang padaku.”
Malik pun mengembara ke desa-desa. Ia memakai pengetahuannya untuk membantu orang. Memperbaiki irigasi, mengajar anak-anak membaca dan menulis… Akhirnya Malik tiba di ibukota. Di sana ia mengikuti ujian negara. Malik berhasil lulus dengan peringkat terbaik sepanjang abad. Raja amat kagum akan kepintarannya.
Namun, ada pejabat lama yang iri terhadapnya. Pejabat Ruru tidak senang Malik mendapat perhatian lebih dari raja. Maka ia mencari siasat supaya Malik tampak bodoh di hadapan raja. “Tuan, Malik. Hari ini hamba ingin mengajukan pertanyaan. Anda harus dapat menjawabnya sekarang juga di hadapam Baginda,” kata pejabat Ruru.
“Silakan Tuan Ruru. Hamba mendengarkan,” jawab Malik. “Berapakah ukuran tinggi tubuhku?” tanyanya.
“Kalau hamba tak salah, tinggi badan Anda sama panjang dengan ujung jari Anda yang kiri sampai ujung jari Anda yang kanan bila dirintangkan,” jawab Malik tersenyum. Pejabat Ruru dan raja tidak percaya. Mereka menyuruh seseorang mengukurnya. Ternyata jawaban Malik benar. Raja kagum dibuatnya.
Pejabat Ruru sangat kesal, namun ia belum menyerah. “Tuan Malik. Buatlah api tanpa menggunakan pemantik api.” Dengan tenang Malik mengeluarkan kaca cembung, lalu mengumpulkan setumpuk daun kering. Ia membuat api, menggunakan kaca yang dipantul-pantulkan ke sinar matahari. Tak lama kemudian daun kering itupun terbakar api. Raja semakin kagum. Sementara Tuan Ruru semakin kesal.
“Luar biasa! Baiklah! Aku punya satu pertanyaan untukmu. Aku pernah mendengar tentang pohon pengetahuan. Jika pengetahuanmu luas, kau pasti tahu dimana letak pohon itu. Bawalah aku ke sana,” ujar Raja.
Malik ragu. Setelah berpikir sejenak, “Hamba tahu, Baginda. Tapi tidak boleh sembarang orang boleh menemuinya. Sebenarnya, pohon itu adalah guru hamba. Hamba bersedia mengantarkan Baginda. Tapi kita pergi berdua saja dengan berpakaian rakyat biasa. Setelah bertemu dengannya, berjanjilah Baginda takkan memberitahukanya pada siapapun,” ujar Malik serius.
Raja menyanggupi. Setelah menempuh perjalanan jauh, sampailah mereka di tujuan. “Salam, Baginda. Ada keperluan apa hingga Baginda datang menemui hamba?” sapa pohon dengan tenang.
“Aku ingin menjadi muridmu juga. Aku ingin menjadi raja yang paling bijaksana,” kata raja kepada pohon pengetahuan.
“Anda sudah cukup bijaksana. Dengarkanlah suara hati rakyat. Pahamilah perasaan mereka. Lakukan yang terbaik untuk rakyat Anda. Janganlah mudah berprasangka. Selebihnya muridku akan membantumu. Waktuku sudah hampir habis. Sayang sekali pertemuan kita begitu singkat,” ujar pohon pengetahuan seolah tahu ajalnya sudah dekat.
Tiba-tiba Ruru menyeruak bersama sejumlah pasukan. “Kau harus ajarkan aku!” teriaknya pada pohon pengetahuan.
“Tidak bisa. Kau tak punya hati yang bersih.”
Jawaban pohon itu membuat Ruru marah. Ia memerintahkan pasukannya untuk membakar pohon pengetahuan. Raja dan Malik berusaha menghalangi namun mereka kewalahan.
Walau berhasil menghancurkan pohon pengetahuan, Ruru dan pengikutnya tak luput dari hukuman. Mereka tiba-tiba tewas tersambar petir. Sebelum meninggal, pohon pengetahuan memberikan Malik sebuah buku. Dengan buku itu Malik semakin bijaksana. Bertahun-tahun kemudian, Raja mengangkat Malik menjadi raja baru. Nah, adik-adik rajin belajar akan membuat wawasan dan ilmu pengetahuan kita bertambah. (*/dk)
Suatu hari ia tersesat di hutan. Hari sudah gelap. Akhirnya Malik memutuskan untuk bermalam di hutan. Ia bersandar di pohon dan jatuh tertidur. Dalam tidurnya, samar-samar Malik mendengar suara memanggilnya. Mula-mula ia berpikir itu hanya mimpi. Namun, di saat ia terbangun, suara itu masih memanggilnya. “Anak muda, bangunlah! Siapakah engkau? Mengapa kau ada disini?” Malik amat bingung. Darimana suara itu berasal? Ia mencoba melihat ke sekeliling. “Aku disini. Aku pohon yang kau sandari!” ujar suara itu lagi.
Seketika Malik menengok. Alangkah terkejutnya ia! Pohon yang disandarinya ternyata memiliki wajah di batangnya.
“Jangan takut! Aku bukan makhluk jahat. Aku Tule, pohon pengetahuan. Nah, perkenalkan dirimu,” ujar pohon itu lagi lembut. “Aku Malik. Pencari kayu bakar. Aku tersesat, jadi terpaksa bermalam disini,” jawab Malik takut-takut.
“Nak, apakah kau tertarik pada ilmu pengetahuan? Apa kau bisa menyebutkan kegunaannya bagimu?” tanya pohon itu.
“Oh, ya ya, aku sangat tertarik pada ilmu pengetahuan. Aku jadi tahu banyak hal. Aku tak mudah dibodohi dan pengetahuanku kelak akan sangat berguna bagi siapa saja. Sayangnya, sumber pengetahuan di desaku amat sedikit. Sedangkan kalau harus ke kota akan membutuhkan biaya yang besar. Aku ingin sekali menambah ilmuku tapi tak tahu bagaimana caranya.”
“Dengarlah, Nak. Aku adalah pohon pengetahuan. Banyak sekali orang mencariku, namun tak berhasil menemukan. Hanya orang yang berjiwa bersih dan betul-betul haus akan pengetahuan yang dapat menemukanku. Kau telah lolos dari persyaratan itu. Aku akan mengajarimu berbagai pengetahuan. Bersediakah kau?” tanya si pohon lagi. Mendengar hal itu Malik sangat girang.
Sejak hari itu Malik belajar pada pohon pengetahuan. Hari-hari berlalu dengan cepat. Malik tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Pengetahuannya amat luas. Suatu hari pohon itu berkata, “Malik, kini pergilah mengembara. Carilah pengalaman yang banyak. Gunakanlah pengetahuan yang kau miliki untuk membantumu. Jika ada kesulitan, kau boleh datang padaku.”
Malik pun mengembara ke desa-desa. Ia memakai pengetahuannya untuk membantu orang. Memperbaiki irigasi, mengajar anak-anak membaca dan menulis… Akhirnya Malik tiba di ibukota. Di sana ia mengikuti ujian negara. Malik berhasil lulus dengan peringkat terbaik sepanjang abad. Raja amat kagum akan kepintarannya.
Namun, ada pejabat lama yang iri terhadapnya. Pejabat Ruru tidak senang Malik mendapat perhatian lebih dari raja. Maka ia mencari siasat supaya Malik tampak bodoh di hadapan raja. “Tuan, Malik. Hari ini hamba ingin mengajukan pertanyaan. Anda harus dapat menjawabnya sekarang juga di hadapam Baginda,” kata pejabat Ruru.
“Silakan Tuan Ruru. Hamba mendengarkan,” jawab Malik. “Berapakah ukuran tinggi tubuhku?” tanyanya.
“Kalau hamba tak salah, tinggi badan Anda sama panjang dengan ujung jari Anda yang kiri sampai ujung jari Anda yang kanan bila dirintangkan,” jawab Malik tersenyum. Pejabat Ruru dan raja tidak percaya. Mereka menyuruh seseorang mengukurnya. Ternyata jawaban Malik benar. Raja kagum dibuatnya.
Pejabat Ruru sangat kesal, namun ia belum menyerah. “Tuan Malik. Buatlah api tanpa menggunakan pemantik api.” Dengan tenang Malik mengeluarkan kaca cembung, lalu mengumpulkan setumpuk daun kering. Ia membuat api, menggunakan kaca yang dipantul-pantulkan ke sinar matahari. Tak lama kemudian daun kering itupun terbakar api. Raja semakin kagum. Sementara Tuan Ruru semakin kesal.
“Luar biasa! Baiklah! Aku punya satu pertanyaan untukmu. Aku pernah mendengar tentang pohon pengetahuan. Jika pengetahuanmu luas, kau pasti tahu dimana letak pohon itu. Bawalah aku ke sana,” ujar Raja.
Malik ragu. Setelah berpikir sejenak, “Hamba tahu, Baginda. Tapi tidak boleh sembarang orang boleh menemuinya. Sebenarnya, pohon itu adalah guru hamba. Hamba bersedia mengantarkan Baginda. Tapi kita pergi berdua saja dengan berpakaian rakyat biasa. Setelah bertemu dengannya, berjanjilah Baginda takkan memberitahukanya pada siapapun,” ujar Malik serius.
Raja menyanggupi. Setelah menempuh perjalanan jauh, sampailah mereka di tujuan. “Salam, Baginda. Ada keperluan apa hingga Baginda datang menemui hamba?” sapa pohon dengan tenang.
“Aku ingin menjadi muridmu juga. Aku ingin menjadi raja yang paling bijaksana,” kata raja kepada pohon pengetahuan.
“Anda sudah cukup bijaksana. Dengarkanlah suara hati rakyat. Pahamilah perasaan mereka. Lakukan yang terbaik untuk rakyat Anda. Janganlah mudah berprasangka. Selebihnya muridku akan membantumu. Waktuku sudah hampir habis. Sayang sekali pertemuan kita begitu singkat,” ujar pohon pengetahuan seolah tahu ajalnya sudah dekat.
Tiba-tiba Ruru menyeruak bersama sejumlah pasukan. “Kau harus ajarkan aku!” teriaknya pada pohon pengetahuan.
“Tidak bisa. Kau tak punya hati yang bersih.”
Jawaban pohon itu membuat Ruru marah. Ia memerintahkan pasukannya untuk membakar pohon pengetahuan. Raja dan Malik berusaha menghalangi namun mereka kewalahan.
Walau berhasil menghancurkan pohon pengetahuan, Ruru dan pengikutnya tak luput dari hukuman. Mereka tiba-tiba tewas tersambar petir. Sebelum meninggal, pohon pengetahuan memberikan Malik sebuah buku. Dengan buku itu Malik semakin bijaksana. Bertahun-tahun kemudian, Raja mengangkat Malik menjadi raja baru. Nah, adik-adik rajin belajar akan membuat wawasan dan ilmu pengetahuan kita bertambah. (*/dk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar