BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Barometer
kemajuan dapat dilihat dari sejauh mana ketersediaan sumber daya manusia dari
Negara tersebut. Ketersedian sumber daya
dimaksud lebih dititik beratkan pada kualitas manusianya yaitu sumber daya manusia
(SDM) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan guna menunjang pembangunan
pada Negara tersebut. Semakin banyak tenaga ahli dan tenaga terampil pada
Negara tersebut semakin besar peluang dari Negara yang bersangkutan meraih
kemajuan yang akhirnya akan berimbas pada kesejahteraan penduduknya.
Implikasinya
sekarang siapka institusi kita menghasilkan sumber daya manusia yang mamou
bersaing dalam dunia global saat ini dan akan dating? Siapkah pengembang
kurikulum maupun guru menghadapi tuntutan kekinian da masa depan? Bagaimana
guru menyiapkan siswa agar mereka dapat hidup produktif dan sukses dan mampu memiliki keterampilan
yang diperlukan apabila nanti menjadi anggota masyarakat.
Menjawab
pertanyaan diatas, guru sebagai salah
satu penentu sumber daya manusia, seyogyanya memperoleh prioritas dala upaya pengembangan kemampuan profesinya,
sehingga ilmu yang mereka miliki dapat diajarkan kepada siswanya dengan
berbagai cara yag mereka ketahui. Sebagai tenaga professional guru harus cakap
dalam bidangnya, sebab masalah yang mereka hadapi harus dapat dipecahkan dengan
cara mereka hadapi. Guru mempunyai tugas yang berat, maka dalam perannya
sebagai pengajar dan pendidik harus menggunakan strategi atau model
pembelajaran yang tepat dalam menyajikan suatu bahan pelajara, sehingga apa
yang diajarkan kepada siswa dipahami dan dikuasai dengan baik.
Jika
diamati sebuah kelas, maka hampir di setiap kelas peran guru sangat dominan.
Guru menjadi penguasa kelas dengan ceramah yang monoton menjadi andalan dan
penentu utama untuk mengajarkan bahan ajar, sehingga guru menjadi satu-satunya
menjadi sumber informasi dan pengetahuan yang diterima siswa. Untuk itu,
diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa dalam proses
belajarnya.
Saat
ini dibutuhkan model pembelajaran yang dapat menghidupkann pembelajaran suasana
kelas. Dengan konsep ini hasil pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna dan
berkesan bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dam mengalami, bukan lagi transfer pengetahuan
dari guru ke siswa. Siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan
bagimana cara mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari
pada saat ini akan berguna pada
kehidupan
nanti. Guru hanya bertindak sebagai pengasuh, pembimbing mediator, dan
fasilitator.
Implementasi
kebijakan pemerintah (Depdiknas) yang dituangkan dalam struktur kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Standar Isi 2006 untuk SMP secara tegass dijelaskan
bahwa seorang guru dituntut memiliki kemampuan professional. Kemampuan itu
termasuk mampu mendesain/merencanakan pembelajaran, mampu melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, dan mampu membimbing siswa.
Guru
mampu menguasai satu atau dua model pembeajaran belum dapat dikatakan bahwa
guru tersebut berpredikat professional. Guru mampu mendesain rencana
pembelajaran, tetapi tidak mampu menerapkan didalam kelas karena ada faktor
lain, maka guru tersebut belum termasuk professional. Sebaliknya guru tidak mampu
mendesain pembelajaran tetapi mampu mengembangkan proses pembelajaran dikelas,
itupun dikategorikan belum professional. Guru mampu melakukan dua kompotensi
diatas tetapi tidak mampu melakukan bimbingan terhadap siswa yang mengalami
kesulitan belajar juga dikategorikan belum professional (UU No:14 tahun 2005).
Predikat
professional memang sulit dicapai tanpa kerja keras. Guru bekerja keras untuk
mengembangkan kemampuan, namun kemampuan guru saat ini dalam mengembangkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih kurang. Guru masih kurang mampu dalam
melaksanakan pembelajaran dengan mengunakan salah satu dari berbagai cara,
metode, teknik, strategi, atau model pembelajaran yang dituntut oleh Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Tujuan Pembelajaran Matematika disebutkan dalam
sturuktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan standar Isi 2008 untuk SMP.
Untuk
mencapai kompetensi diatas, sebagaimana yang diharapkan dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, maka guru harus menjabarkan rencana kegiatan pembelajaran
kedalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan
tingkat kemampuan berpikir siswa dengan kerumitan materi/bahan ajar diolah
sesuai dengan Kompetensi Dasar, lalu dituangkan kedalam kegiatan pembelajaran,
sehingga tercipta proses pembelajaran yang bervariasi. Hal ini dilakukan oleh
guru bahasa Indonesia apabila ada komitmen menerapakan model pembelajaran kelas
maupun diluar kelas.
Karena
orientasi di dalam pendidikan adalah peserta didik, maka kegiatan mengajar akan
mempengaruhi kegiatan peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik harus
dibekali bagaimana belajar dari suasana yang meriah dengan segala nuansanya.
Tujuan yang ingin dicapai dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tidak
hanya kemampuan akademik dalam pengetian penguasaan bahan pelajaran, tetapi
juga adanya unsure kerja sama
Untuk menguasai materi tersebut. Adanya kerja sama
inilah yang menjadi cirri khas dari model kooperatif
Berdasarkan
uraian di atas, maka perlu adanya penelitian untuk melihat kondisi objektif di
lapangan tentang pelaksanaa model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. Lokasi penelitian bertempat di SMP Negeri 4 Pinrang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah
yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
“Bagaimana deskripsi pelaksanaa Model Kooperatif
dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX SMP Negeri 4 Pinrang”.
Yang akan diamati dalam pelaksanaan
Model Koperatif pada pembelajaran bahasa Indonesia adalah:
a.
Fase Pertama
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi
siswa
b.
Fase Kedua
Guru menyajikan materi pembelajaran kepada siswa
dengan cara demonstrasi atau lewat bacaan yang telah disiapkan.
c.
Fase Ketiga
Guru
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, setiap kelompok
beranggotakan 4-5 orang.
d.
Fase Keempat
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
siswa mengerjakan tugas
e.
Fase Kelima
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
pembelajaran yang telah dipelajari, kemudian dilanjutkan dengan diskusi/Tanya
jawab.
f.
Fase Keenam
Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang
berprestasi dan menghargai upaya dan hasil belajar siswa, baik secara individu
maupun secara kelompok.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah atau objek yang
diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi pelaksanaan
Model Kooperatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 4
Pinrang yang meliputi:
a.
Fase Pertama
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
b.
Fase Kedua
Guru
menyajikan materi pembelajaran kepada siswa dengan cara demonstrasi atau lewat
bacaan yang telah disiapkan.
c.
Fase Ketiga
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar, setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang.
d.
Fase Keempat
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas
e.
Fase Kelima
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari,
kemudian dilanjutkan dengan diskusi/Tanya jawab.
f.
Fase Keenam
Guru
memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dan menghargai upaya dan
hasil belajar siswa, baik secara individu maupun secara kelompok.
D.Manfaat Hasil Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1.
Memberikan bekal
kepada mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Indonesia STKIP Cokroaminoto Pinrang
kepada khususnya dan mahasiswa FKIP universitas lainnya yang membina jurusan
bahasa Indonesia pada umumnya sebagai calon guru mengenai model pembelajaran
yang tetap dalam mengajar jika sudah menjadi guru yang sebenarnya.
2.
Memberikan
sumbangan pemikiran atau informasi sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia
di kelas IX SMP Negeri 4 Pinrang sebagai bahan koreksi tentang cara pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model kooperatif
3.
Sebagai bahan
perbangdingan bagi pihak yang ingin melakukan penelitian yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DAN KERANGKA BERFIKIR
A.Tinjauan
Pustaka
1.
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang
lain, mengemukakan gagasan dan perasaannya, dan berpartisipasi dalam masyarakat
yang menggunakan bahasa tersebut.
Menurut
Celce-Maria (dalam Depdiknas 2003) kompetensi utama yang dituju oleh pendidikan
bahasa kompetensi wacana kompetensi wacana adalah jika seseorang berkomunikasi
baik secara lisan maupun tertulis, orang tersebut terlibat dalam suatu wacana.
Wacana adalah sebuah peristiwa komunikasi yang dipengaruhi oleh topic yang
dikomunikasikan.
Berkomunikasi
berarti secara otomatis mengaktifkan kompetensi wacana, begitupun hasil karya
kesusatraan Indonesia adalah wacana yang berarti menggunakan seperangkat
strategis atau prosedur untuk merealisasikan yang terdapat dalam unsure-unsur
bahasa, dalam menafsirkan dan mengungkapkan makna. Carthy et al (dalam
Depdiknas: 2003) mengemukakan bahwa makna apapun yang ia peroleh dan ia
ciptakan selalu terkait dengan komeks situasi yang melingkupinya.
Dalam
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dasar dan Menengah tahun 2006 dijelaskan
bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap
hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Standar
kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik yang mengambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan
berbahasa , dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar
kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespons
situasi lokal, regional, nasional, dan global. Artinya, guru lebih mandiri dan
luluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan
kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya.
Dari
uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa tujuan umum mata pelajaran bahasa
Indonesia agar peserta didik memiliki kemampuan untuk:
1.
Berkomunikasi
secara aktif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
maupun tulis.
2.
Menghargai dan
bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, dan bahasa
Negara.
3.
Memahami bahasa
Indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4.
Menggunakan
bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dal sosial.
5.
Menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti,
serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6.
Menghrgai dan
membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia
Indonesia.
Untuk
mencapai kompetensi dan tujuan diatas, guru harus mampu menjabarkan kegiatan
pembelajaran dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang disesuaikan dengan kekhasan bahan ajar dengan mempertimbangkan tingkat
perkembangan berpikir siswa.
2. Penilaian Hasil Belajar Siswa
Implementasi PP No. 19 tentang standar Pendidikan
Nasional member implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk konsep dan teknik
penilaian hasil belajar siswa.
Penilaian
hasil belajar dilakukan oleh guru satuan pendidikan termasuk penilaian
internal. Model penilaian (BSNP: 2007) dijelaskan bahwa penilaian internal
adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh pendidik (guru) pada
proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan mutu.
Dalam
lampiran peraturan Menteri Pendidikan Nasional 2007 No.20 Tahun 2007 tentang
standar penilaian pendidikan dijelaskan bahwa penilaian pendidikan adalah
proses pengumpulan dan pengelolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil
belajar siswa. Penilaian yang dimaksud dalam bentuk ulangan. Ulangan adalah
yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
komperensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,
dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
Penilaian
hasil belajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan
standar penilaian pendidikan adalah: 1) ulangan harian, 2) ulangan tengah
semester, 3) ulangan akhir semester, 4) ulangan kenaikan kelas, 5) ujian
sekolah, dan 6) ujian nasional.
Berdasarkan
penilaian tersebut dapat menghasilkan informasi pencapaian kompetensi peserta
didik yang dapat digunakan untuk 1) perbaikan (remedial) bagi peserta didik
yang belum mencapai criteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan,
3) perbaikan program dan proses pembelajaran, 4) pelaporan atau penilaian
kinerja guru untuk keberhasilan siswa, 5) penentuan kenaikan kelas, dan 6)
penentuan lulus untuk tingkat satuan pendidikan tertentu.
3. Model Belajar Kooperatif
Dari latar belakang pada pendahuluan, diperoleh
informasi bahwa SMP Negeri 4 Pinrang Kabupaten Pinrang, pada umunya guru bahasa
Indonesia cenderung memilih dan menggunakan metode ceramah dalam pelaksanaan
pemblajaran sehingga siswa kurang antusias, jenuh, dan pasif dalam menerima
pelajaran. Hal ini berarti pembelajaran hanya terpusat pada guru. Guru
seharusnnya menyediakan banyak kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama dalam
situasi memecahkan masalah secara kooperatif. Kebiasaan mengajar secara
spontanitas dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebaiknya ditinggalkan dan
sedapat mungkin diganti dengan pembelajaran kooperatif, sesuai yang dituntut
alam kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Model
belajar kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yabg telah
dirumuskan. (Wina Sanjaya ; 2008). Senada dengan Slavina (dalam Wina : 2006)
mengemukakan bahwa kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
sekaligus dapat meningkatkan prestasi siswa sekaligus diri dari orang lain,
serta dapat meningkatkan harga diri. Selain itu pembelajaran kooperatif
memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk
bekerja saling bergantungan satu sama
lain atau tugas-tugas bersama, belajar untuk saling menghargai satu sama lain
(Trianto: 2007). Senada dengan diatas Ratumanan (dalam Depdiknas: 2005)
mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, siswa bekerja
sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akademik, dan
keterampilan antar pribadi. Anggota-anggota kelompok bertanggung jawab atas
ketuntasan tugas-tugaas kelompok dan mempelajari materi itu sendiri.
Guru
menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam kelompok mereka untuk
memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran
tersebut. Akhirnya kepada seluruh siswa diberikan tes tentang materi itu. Pada
waktu tes, mereka tidak dapat saling membantu. Poin setiap anggota tim,
selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Tim yang mencapai
criteria tertentu diberikan penghargaan atau ganjaran lain.
Adapun
tahap-tahap pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada fase-fase berikut:
Sintanks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
|
Tingkat
Laku Guru
|
Fase
I
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran (indicator hasil belajar), guru memotivasi
siswa, guru mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu.
|
Fase
II
Menyajikan
informasi
|
Guru
menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.
|
Fase
III
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru
menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar, guru
mengornisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar (setiap kelompok
beranggotakan 4-5 orang dan harus heterogen terutama jenis kelamin dan
kemampuan siswa)
|
Fase
IV
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Guru
membimbing kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas
|
Fase
V
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta
siswa mempresentasi-kan hasil kerjanya, kemudian dilanjutkan dengan
diskusi/Tanya jawab
|
Fase
VI
|
Ibharim, dkk:2000, dalam Trianto:2007
B. Kerangka Berpikir
Bahasa Indonesia merupakan ilmu dan keterampilan
yang perlu mendapatkan perhatian khusus bagi peserta didik, karena bahasa
Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dan sebagai bahasa
pengantar pembelajaran pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, baik
pendidikan umum maupun kejuruan. Dengan mempelajari bahasa Indonesia, siswa
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu sisa juga diharapkan dapat
memecahkan segala persoalan yang dihadapi, terutama masalah yang berkaitan
dengan pelajaran bahasa Indonesia serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan Indonesia.
Keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan belajarnya sangat ditentukan oleh proses pembelajaran
di kelas. Untuk itu, pengunaan model/strategi pembelajaran sesuai dengan bahan
ajar atau materi yang diajarkan akan dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan
belajarnya. Model pembelajaran kooperatif berlangsung secara alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan lagi transfer pengetahuan
dan keterampilan dari guru ke siswa. Siswa perlu mengerti apa makna belajar,
apa manfaat dan bagaimana cara mencapainya. Siswa menyadari bahwa apa yang
mereka pelajari saat ini akan berguna bagi masa depannya. Dalam upaya ini, guru
bertindak sebagai pengarah, pembimbing, mediator, dan fasilitator. Dengan
konsep model pembelajaran ini, hasil belajarnya dapat ditingkatkan.
Proses
pelaksanaan pembelajaran kooperatif dilakukan secara tertahap melalui fase-fase
berikut: (1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa; (2)
guru menyajikan bahan pelajaran kepada siswa; (3) guru mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas; (4) guru
mengevaluasi hasil belajar siswa; (5) guru memberikan penghargaan kepada siswa
yang berprestasi.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.Variabel dan Desain Penelitian
1. Variable Penelitian
Berdasarkan judul penelitian ini yakni “Pelaksanaan
Model Kooperatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX SMP Negeri 4
Pinrang”, maka yang menjadi variable adalah pelaksanaan Model Kooperatif dalam
Pembelajaran bahasa Indonesia sebagai variable tunggal.
2. Desain Penelitian
Sesuai
dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui deskrifsi pelaksanaan Model
Kooperatif dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas IX SMP Negeri 4 Pinrang. Kabupaten Pinrang, maka desain penelitian
ini adalah mendeskripsikan fase-fase pelaksanaan pembelajaran yang menekankan
Model Kooperatif mulai dari (1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa; (2) guru menyajikan bahan pelajaran kepada siswa; (3) guru
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar pada saat siswa
mengerjakan tugas (4) guru mengevaluasi hasil belajar siswa; (5) guru
memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.
B. Deferisi Operasional Variable
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran
terhadap pengertian variable yang digunakan dalam penelitian ini, maka
penulisan merasa perlu mengemukakan defenisi variable tersebut:
1.
Deskripsikan
pelaksanaan: penggambaran dengan kata-kata secara jelas tentang pelaksanaan
Model Kooperatif dalam Pembelajaran bahasa Indonesia.
2.
Model kooperatif
adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
3.
Pembelajaran
bahasa Indonesia adalah proses, perbuatan, cara mengajar bahasa Indonesia.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah
tenaga pengajar mata pelajaran bahasa Indonesia sebanyak 3 orang; jumlah siswa
sebanyak 235 orang terbagi dalamm lima kelas.
Jumlah kompetensi dasar adalah 18 buah, dan 54 jam pembelajaran atau 27
kali pertemuan.
2. Sampel
Karena jumlah populasi penelitian ini besar, maka
perlu kiranya diadakan pengambilan sampel, mengingat pertimbangan waktu, dana,
karakteristik populasi, besarnya jumlah sampel, dan tenaga yang digunakan dalam
penelitian ini, maka pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan teknik
porpusive sample yakni penulis mengambil kelas IX C yang jumlah siswanya
sebanyak 47 orang; satu orang guru bahasa Indonesia yang mengajar kelas IX
tersebut; Kompetensi Dasar diambil dua buah; dan pelaksanaan pembelajaran diambil
4 kali pertemuan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam menghimpun data adalah:
a.
Dokumentasi
Teknik
dokumentasi ini dilakukan dengan mengambil program pembelajaran (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk memperoleh
data tentang persiapan guru dalam melakukan tugasnya.
b.
Observasi Langsung
Penelitian
mengadakan observasi langsung terhadap kegiatan belajar yang terjadi dikelas
untuk melihat bagaimana guru mengajar, bagaimana interaksi siswa dengan guru
dalam pembelajaran dengan berpedoman pada indicator-indikator Model Kooperatif.
c.
Angket
Angket disebarkan kepada siswa untuk memperoleh data
atau informasi tentang cara mengajar guru didalam kelas. Penyebaran angket ini
dimaksudkan untuk memperoleh data tambahan yang mendukung data yang diperoleh
melalui obsevasi.
d.
Teknik Analisis Data
Berdasakan teknik pengumpulan data yang digunakan,
maka data akan dianalisis dengan menggunakan teknik identifikasi berdasarkan
tahapan-tahapan pembelajaran yang menekankan model kooperatif, kemudian
dideskripsikan sesuia dengan kenyataan yang ada dilapangan dengan menggunakan
kategori sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan tidak baik yang disesuaikan
dengan indikator model Kooperatif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A.
Penyajian Hasil Analisi Data
Telah diuraikan pada bagian terdahulu bahwa Model
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Model
kooperatif dalam melaksanakan pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa
untuk belajar sevara optimal, agar siswa dapat menguasai indicator yang harus
dicapai. Untuk itu, penulis akan mengamati pelaksanaan Model Kooperatif dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dikelas IX SMP Negeri 4 Pinrang, Kabupaten
Pinrang. Pengamatan yang dimaksud meliputi (1) guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memotivasi siswa; (2) guru menyajikan bahan pelajaran kepada
siswa; (3) guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar pada
saat siswa mengerjakan tugas (4) guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat siswa mengerjakan tugas (5) guru mengevaluasi hasil belajar siswa; (6)
guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.
Untuk lebih sistematis dan konkrit
maka dalam penyajian hasil pengamatan ini, penulis menguraikan secara
berturut-turut ruang lingkup penelitian, 1) menyampaiakan tujuan pembelajaran
dan memotivasi siswa; 2) menyajikan bahan pelajaran kepada siswa; 3) mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar; 4) membimbing kelompok bekerja dan
belajar; 5) mengevaluasi; 6) memberikan penghargaan.
Penulis
perlu menekankan bahwa indikator yang digunakan untuk mengamati masalah yang
telah dirumuskan adalah indikator yang digunakan untuk mengamati masalah yang
telah dirumuskan adalah indikator Model Kooperatif menurut Wina Sanjaya dalam
bukunya yang berjudul Srategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Namun indikator tersebut telah dimodifikasi oleh penulis sesuai
dengan masalah yang akan diamati.
1.
Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa
Selama penelitian berlangsung, sebelum guru memasuki
materi pembelajaran terlebih dahulu dia memberikan apersepsi, yaitu dengan
menanyakan materi yang telah dibahas sebelumnya atau menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan materi pembelajaran. Berdasarkan informasi dari responden
diperoleh data: 20 orang atau 43% yang menyatakan bahwa guru tersebut selalu
mengadakan apersepsi, 27 orang atau 57% yang menyatakan kadang-kadang, dan
tidak ada seorangpun yang menyatakan bahwa guru tersebut tidak pernah melakukan
apersepsi dalam pembelajaran.
Pada
saat penelitian berlangsung guru menyampaikan tujuan pembelajran. Tujuan
pembelajaran tersebut selalu dituliskan guru sebagai acuan atau kontrak dalam
suatu pertemuan dalam pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang disiapkan.
Dari 47 responden, 40 orang atau 85% yang menyatakan guru bahasa Indonesia
selalu memotivasi siswa untuk belajar 17 orang atau 36% yang menyatakan
kadang-kadang.
Dari
uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa indikator model kooperatif dalam hal “Menyampaikan
Tujuan dan Memotivasi Siswa” terlaksana dengan sangat baik.
2.
Menyajikan Informasi
Hasil
observasi yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung diperoleh datan bahwa guru sentiasa berusaha menyajikan
informasi kepada siswa dengan cara demonstrasi atau pemodelan, bergantung mata
bahan ajar. Apabila bahan ajarnya menghendaki demonstrasi, maka guru tersebut
menyajikan. Bahan ajar juga banyak dalam bentuk bacaan, maka guru tersebut
menyajikan lewat bacaan. Penyebaran angket kepada 47 orang responden diperoleh
data bahwa: 40 orang atau 85% menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia selalu
menyampaikan atau menyajikan informasi dalam bentuk demostrasi atau lewat bacan
7 orang atau 15% yang menyatakan kadang-kadang, dan tidak seorangpun yang
menyatakan bahwa guru tidak menyajikan informasi dalam pembelajaran.
Data
diatas menunjukkan bahwa indikator model kooperatif pada kegiatan atau fase
menyajikan informasi gterlaksana dengan sangat baik.
3.
Mengorganisasikan Siswa ke dalam Kelompok-kelompok
Belajar
Selama
penelitian berlangsung, guru senagtiasa menjelaskan kepada siswa cara membentuk
kelompok-kelompok belajar (setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang) dan harus
heterogen terutama jenis kelamin dan kemampuan siswa. Dalam hal
mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar diperoleh data dari
responden 40 orang atau 85% yang menyatakan bahwa guru bahasa Indonesia selalu mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar, 7 orang atau 15% yang menyatakan
kadang-kadang, dan tidak seorangpun yang menyatakan tidak pernah.
Berdasarkan
data diperoleh diatas, maka dapat dinyatakan bahwa indikator model kooperatif
dalam hal “Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar”
terlaksana dengan sangat baik.
4.
Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar
Bedasarkan pengamatan selama penelitian berlangsung
diperoleh data, bahwa guru kadang-kadang membimbing kelompok bekerja dan
belajar. Guru harus dapat melihat mana kelompok yang membutuhkan bimbingan pada
saat belajar. Setiap kelompok tentu mempunyai karakter yang berbeda, terutama
kemampuan rata-rata anggotanya. Tentu mempunyai karakter yang berbeda, terutama
kemampuan rata-rata anggotanya. Tentu kelompok yang anggtonya kurang atau
dibawah rata-rata inilah yang membutuhkan bimbingan pada saat belajar. Dari 47
responden, 6 orang atau 13% yang menyatakan bahwa guru tersebut selalu
membimbing kelompok bekerja dan belajar, 21 orang atau 45% yang menyatakan
kadanng-kadang, dan 20 orang atau 42% yang menyatakan tidak pernah.
Berdasarkan
data diatas maka dapat dinyatakan bahwa indikator model kooperatif dalam hal
“membimbing kelompok bekerja dan belajar” terlaksana dengan cukup baik.
5. Evaluasi
Berikut
ini akan diuraikan secara berturut-turut pelaksanaan evaluasi /penilaian dan
jenis-jenis alat penilaian/evaluasi.
5.1 Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi/Penilaian
yang dilaksanakan guru pada saat pembelajaran adalah dengan memberikan
tugas-tugas kepada siswa dan mengadakan tes harian/formatif setiap indikator
selesai dibahas. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan diatas
selama kegiatan penelitian berlangsung, maka dapat dikatakan bahwa indikator
pelaksanaan model kooperatif dalam hal pelaksanaan penilaian/evaluasi pada saat
pembelajaran terlaksana dengan baik.
5.2 Jenis-jenis Alat Penilaian (Evaluasi)
Jenis-jenis
tes yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pembelajaran adalah jenis tes tertulis dan jenis tes untuk kerja disesuaikan
dengan indikator. Pada umunya bentuk tes tertulis yang digunakan oleh guru mata
pelajaran bahasa Indonesia sebagai bentuk ulangan harian SMP Negeri 4 Pinrang
tersebut adalah tes uraian. Berdasarkan data diatas, maka dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan indikator modek Kooperatif dalam hal pengunaan jenis-jenis tes
terlaksana dengan baik.
6. Pemberian Penghargaan
Berdasarkan
pengamatan selama penelitian berlangsung diperoleh data bahwa guru
kadang-kadang memberikan penghargaan/penguatan kepada siswa dengan memberikan pujian
kepada siswa yang berprestasi. Tujuan dari memberikan penghargaan/penguatan
tersebut, untuk membangkitkan motivasi siswa dalam belajar melalui respon yang
diperoleh dari guru. Dari 47 responden, 5 orang atau 13% menyatakan bahwa guru
tersebut selalu memberikan penguatangan berupa pujian kepada siswa, 38 orang
atau 82% yang menyatakan kadang-kadan, dan 2 orang responden atau 5% yang menyatakan
tidak pernah.
Berdasarkan
data diatas maka dapat dinyatakan bahwa indikator model kooperatif dalam hal
“kegiatan guru dalam memberikan penghargaan” terlaksana dengan cukup baik.
B.Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat dideskripsikan
pelaksanaan model kooperatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX
SMP Negeri 4 Pinrang sebagai berikut:
1.
Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa
Pada
fase ini, merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa kegiatan awal. Dimana
kegiatan awal yang dilakukan oleh guru meliputi guru mengaitkan pembelajaran
dengan pengetahuan awal siswa (apersepsi). Selanjutnya guru memotivasi siswa
dengan ilustrasi atau infomasi singkat betapa bermanfaatnya materi pembelajaran
ini. Kegiatan akhir guru pada fase ini adalah menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dalam setiap kali pertemuan. Guru mengadakan apersepsi
memoivasi siswa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran rata-rata terlaksana
dengan sangat baik.
2.
Menyajikan Informasi
Menyajikan
informasi dengan mendistribusikan materi pembelajaran. Guru menjelaskan materi
pembelajaran dengan jalan demostrasi atau menyajikan lewat bacaan. Setelah
menyajikan pembelajaran guru memberikan pertanyaan-pertanyaan (Tanya jawab).
Pada fase ini rata-rata terlaksana dengan baik.
3.
Mengorganisasikan Siswa dalam Kerja Kelompok
Pada fase ini guru menjelaskan
kepada siswa cara membentuk kelampok belajar, guru mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-kelompok belajar (setiap kelompok beranggota 4-5 orang dan
harus interogen terutama jenis kelamin dan kemampuan siswa). Berdasarkan data
yang diperoleh diatas, maka dapat dinyatakan bahwa indicator kooperatif dalam
hal ini terlaksana dengan baik.
4.
Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar
Pada
saat siswa bekerja dalam kelompok, ada kelompok-kelompok yang kurang paham,
peranan guru sebagai pembimbing kurang dilaksanakan, sehingga kadang-kadang
kelompok tersebut hanya ribut. Seharusnya guru proaktif memberikan bimbingan
atau contoh kerja, sehingga dengan demikian siswa bekerja dalam kelompok
tersebut dengan baik. Namun demikian, pada fase ini hanya terlaksana dengan
cukup baik.
5.
Evaluasi
Pada
pelaksanaan evaluasi/penilaian meliputi : Pelaksanaan Evaluasi dalam proses
pembelajaran terlaksana dengan baik dengan memperhatikan pelaksanaan ulangan
harian setiap selesai dua kompetensi dasar pada pembelajaran dan pemberian
tugas kepada siswa dengan frekwensi yang cukup tinggi; jenis-jenis alat
penilaian terlaksana dengan baik. Alat penilaian yang lazim digunakan adalah
tes bentuk esai, hal ini dapat membiasakan peserta didik menuangkan pikiran dan
daya nalarnya dapat berkembang serta guru dapat menilai pemahaman, penguasaan,
dan penggunaan bahasa siswa.
6.
Pemberian Penghargaan
Guru
yang professional harus memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi
untuk menghargai hasil upaya dan hasil belajar siswa baik secara individu maupun
kelompok. Penghargaan itu bias hanya pujian atau jempol kepada siswa atau
kelompok yang berprestasi. Tujuan dari pemberian penghargaan adalah untuk
membangkitkan minat atau motivasi belajar siswa. Dengan demikian siswa
termotivasi belajar dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.Kesimpulan
Bertolak dari hasil analisis yang telah diuraikan
pada bagian terdahulu, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pelaksanaan
model kooperatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX SMP Negeri 4
Pinrang umumnya terlaksana dengan sangat baik.
2.
Pelaksanaan
model kooperatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX SMP Negeri 4
Pinrang dalam hal penyajian pembelajaran secara umum terlaksana dengan baik,
namun masih ada yang perlu ditingkatkan pelaksanaannya seperti dalam hal
memotivasi siswa dan memberikan penghargaan kepada siswa, maka akan tumbuh rasa
percaya diri siswa yang kuat.
3.
Pelaksanaan
model kooperatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX SMP Negeri 4
Pinrang dalam hal penilaian terlaksana dengan baik.
B.
Saran-saran
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dalam penelitian ini untuk meningkatkan mutu pendidikan
melalui peningkatan kualitas proses pembelajaran, maka ada beberapa hal yang
perlu disarankan:
1.
Guru mata
pelajaran bahasa Indonesia diharapkan dapat menerapkan model kooperatif
seoptimal mungkin, sehingga diperoleh proses pembelajaran yang optimal terutama
aktivitas peserta didik.
2.
Diharapkan
kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia agar mengunakan Multimedia dan alat
peraga dalam pembelajaran supaya siswa termotivasi untuk belajar bahasa
Indonesia sehingga pada akhirnya menghasilkan
siswa yang terampil menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
serta santun disetiap kesempatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman 1994. Pengelolaan
Pengajaran Ujung Pandang: Bintang Selatan
Aksin Amir.1993.
Mari Menyusun Skripsi. Ujung pandang: Putra Maspul.
Arikunto, Suharsimi. 2005.
Penelitian Tingakan Kelas (Class Action Resrarch ). Jakarta: Depdiknas. Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ali, Muhammad. 1993 Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angsa.
B.Uno,
Hamzah. 2007. Model Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta.Bumi
Aksara.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Evaluasi
dan Penelitian Proyek Peningkatan Mutu Guru. Jakarta. Dirjen Diknasmen.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan . 2003. Penelitian
Tindakan Kelas Bahasa dan Sastra Indonesia. Depdiknas. Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Permendinas.
2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP.
Pemendiknas. 2007. Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: BNSP
Puskun
Balitban. 2006. Landasan Pengembangan
Silabus dan Rencana Pembelajaran.
Sanjaya,
Wina. 2008. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sudjana,
Nana. 2008. Model Kooperatif dalam
Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Syamsuduha.
1996. Upaya Meningkatkan Kualitas
Berbahasa Melalui Pengajaran Bahasa dan sastra Indonesia di SLTA (Makalah). Ujung Pandang.
Tim
Pelatih Proyek PSGM. 1999. Penelitian
Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Pengembangan Guru Sekolah Menengah.
Trianto.
2007 Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivitik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Usman,
Moh. Uzer. 1995. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: BP Panca Bhakti.
Lampiran
ANGKET UNTUK
SISWA
Petunjuk: Jawablah Pertanyaan yang paling cocok
menurut Anda dengan memberikan tanda silang (X)
1.
Apakah guru mata
pelajaran bahasa Indonesia Anda, memotivasi siswa untuk belajar jika proses
pembelajaran berlangsung?
a. Selalu b.kadang-kadang c.tidak pernah
2.
Apakah dalam
memulai pelajaran, guru terlebih dahulu menanyakan pelajaran yang telah lalu atau
hal-hal yang ada kaitannya dengan materi?
a. Selalu b.kadang-kadang c.tidak pernah
3.
Apakah guru mata
pelajaran bahasa Indonesia anda, menyajikan informasi kepada siwa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bacaan?
a. Selalu b.kadang-kadang c.tidak pernah
4. Apakah guru mata pelajaran bahasa Indonesia anda,
menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok?
a. Selalu b.kadang-kadang c.tidak pernah
5. Apakah guru mata pelajaran bahasa Indonesia
Anda, mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar (setiap
kelompok beranggotakan 4-5 orang) dan harus heterogen terutama jenis kelamin
dan kemampuan siswa?
a. selalu b.kadang-kadang c.tidak pernah
6. Apakah guru mata pelajaran bahasa Indonesia Anda,
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas?
a. selalu b.kadang-kadang c.tidak pernah
7.
Apakah Anda
menyelesaikan tugas sebaik-baiknya secara tuntas jika diberikan tugas oleh guru
a. selalu b.kadang-kadang c.tidak pernah
8.
Apakah guru mata
pelajaran bahasa Indonesia Anda, mengevaluasi hasil belajar tantangan materi
yang telah dipelajari
a. selalu b.kadang-kadang c.tidak pernah
9.
Apakah guru mata
pelajaran bahasa Indonesia Anda, meminta siswa mempresentasikan hasil kerjanya,
kemudian dilanjutkan dengan diskusi atau Tanya jawab?
a. selalu b.kadang-kadang c.tidak pernah
10.
Apakah guru memberikan penghargaan atau pujian
kepada Anda atau siswa lainnya yang menghasilkan mengerjakan tugas yang
diberikan?
a. selalu b.kadang-kadang c.tidak pernah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar