Pengertian Wacana
A. Pengertian Wacana
Oka (1994 : 30) Memberi definisi yang pendek dan sederhana bahwa wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar. Selain itu wahab (1991 : 128) memberi definisi wacana sebagai organisasi bahasa yang lebih luas dari kalimat atau klausa. Demikian pula Kridalaksana, mendefinisikan wacana adalah satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana merupakan satuan bahasa yang membawa amanat yang lengkap. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa wacana merupakan kelas kata benda (nomina) yang mempunyai arti sebagai berikut :
a. Ucapan; perkataan; tuturan;
b. Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan;
c. Satuan bahasa terlengkap, realisasinya tampak pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, atau artikel.
Pada pengertian ketiga tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan apa yang tertuang di dalam Kamus Linguistik susunan Harimurti Kridalaksana. Tampak pada batasan tersebut bahwa keutuhan atau kelengkapan makna di dalam sebuah wacana merupakan syarat penting yang harus dimilikinya. Di samping itu secara tegas dinyatakan bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, wujud konkretnya berupa novel, buku, artikel, dan sebagainya.
B. Ciri-ciri wacana
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperoleh ciri atau karakterisitik sebuah wacana. Ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut.
1. Satuan gramatikal
2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3. Untaian kalimat-kalimat
4. Memiliki hubungan proposisi
5. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
6. Memiliki hubungan koherensi
7. Memiliki hubungan kohesi
8. Rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa komunikasi
9. Bisa transaksional juga interaksional
10. Medium bisa lisan maupun tulis
11. Sesuai dengan konteks
C. Macam-macam wacana
1. Berdasarkan jenis wacana dapat ditinjau dari media yang digunakan atau tertulis tidaknya :
a. Wacana Lisan
wacana yang disampaikan dengan media lisan, secara lisan.
b. Wacana
tulis
wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis.
2. Berdasarkan sifatnya
a. Wacana transaksional (jika yang dipentingkan isi komunikatif)
Contoh : Pidato, Ceramah, Makalah, Cerita, Tesis.
b. Wacana interaksional (jika merupakan komunikasi timbal balik )
Contoh : Percakapan, Debat, Diskusi, Surat-menyurat.
3. Berdasarkan langsung atau tidak langsungnya (Kridalaksana 1984 : 208)
a. Wacana langsung : Kutipan wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi.
b. Wacana tidak langsung : Pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, bahwa.
4. Wacana prosa, puisi, dan drama
a. Wacana Prosa : Wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana prosa ini dapat tertulis atau lisan, langsung atau tidak langsung.
b. Wacana puisi : Wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi baik secra lisan maupun tulis.
c. Wacana Drama : Wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog tertulis maupun lisan.
wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis.
2. Berdasarkan sifatnya
a. Wacana transaksional (jika yang dipentingkan isi komunikatif)
Contoh : Pidato, Ceramah, Makalah, Cerita, Tesis.
b. Wacana interaksional (jika merupakan komunikasi timbal balik )
Contoh : Percakapan, Debat, Diskusi, Surat-menyurat.
3. Berdasarkan langsung atau tidak langsungnya (Kridalaksana 1984 : 208)
a. Wacana langsung : Kutipan wacana yang sebenarnya dibatasi oleh intonasi atau pungtuasi.
b. Wacana tidak langsung : Pengungkapan kembali wacana tanpa mengutip harfiah kata-kata yang dipakai oleh pembicara dengan mempergunakan konstruksi gramatikal atau kata tertentu, antara lain dengan klausa subordinatif, bahwa.
4. Wacana prosa, puisi, dan drama
a. Wacana Prosa : Wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa. Wacana prosa ini dapat tertulis atau lisan, langsung atau tidak langsung.
b. Wacana puisi : Wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi baik secra lisan maupun tulis.
c. Wacana Drama : Wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk dialog tertulis maupun lisan.
5. Dari segi Penutur (Jumlah Penutur)
a. Wacana monolog
Wacana yang melibatkan seorang penutur. Dalam wacana monolog hanya terdapat peran tunggal pada diri pelaksana wacana, yaitu peran penyapa (speaker) dan pesapa (addresse), tanpa ada pergantian dari peran satu ke yang lain.
Contoh : Pidato kenegaraan presiden, Pengumuman resmi pemerintah, dan Ceramah-ceramah tidak diikuti diskusi.
b. Wacana dialog
Wacana dialog melibatkan dua orang penutur, yang secara pergantian atau bergiliran bisa berperan ganda, yaitu sebagai penyapa dan sebagai pesapa.
c. Wacana polilog
Wacana yang melibatkan pelaku wacana lebih dari dua orang. Dalam wacana polilog ini juga terjadi pertukaran informasi karena setiap pelaku pada wacana ini memiliki peran ganda secara bergantian.
6. Berdasarkan cara pemaparannya
a. Wacana naratif
Rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan melalui penonjolan tokoh pelaku dengan maksud memperluaspengetahuan pesapa. Kekuatan wacan ini terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara berceritayang diatur melalui plot.
b. Wacana prosedural
Rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara beruntun yang tidak boleh dibolak-balik unsurnya, karena urgensi unsur yang lebih dahulu menjadi landasan unsur berikutnya.
c. Wacana hotatori
Tuturan yang isinya bersifat ajakan atau nasihat. Kadang-kadang tuturan itu bersifat memperkuat keputusan agar lebih meyakinkan. Sedangkan tokoh penting didalamnya adalah orang kedua (pesapa).
d. Wacana ekspositori
Rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran dengan cara menyampaikan uraian bagian-bagian taua detailnya. Tujuan pokoknya adalah tercapainya tingkat pemahaman akan sesuatu itu supaya lebih jelas, mendalam, dan luas. Kadang-kadang wacana ini berbentuk ilustrasi, contoh, perbandingan, uraian secara kronologis.
e. Wacana deskripsi
Rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana deskripsi adalah tercapainya penghayatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pesapa merasakan seolah-olah ia sendiri mengalami atau mengetahuinya secara langsung.
D. Pengertian Analisis Wacana
Analisis wacana digunakan untuk menemukan apa yang benar-benar dimaksudkan orang ketika mereka mengatakan ini atau itu, atau menemukan realitas di balik wacana (Jorgensen & Phillips, 2007)
Analisis wacana mempelajari bahasa dalam pemakaian; semua jenis teks tertulis dan data lisan; dari percakapan sampai dengan bentuk-bentuk percakapan yang sangat melembaga (McCarthy, 1991: 5)
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dijelaskan oleh para ahli tentang analisis wacana, terlihat adanya upaya mengaitkan disiplin ilmu lain ke dalam pemaknaan analisis.
Analisis wacana dapat berjalan dengan sempurna jika disokong oleh disiplin ilmu lain, khususnya sosiolinguistik, etnolinguistik, psikolinguistik, dan pragmatik.
E. Referensi
1. http://jaringkarya.blogspot.com/2010/12/pengertian-wacana.html
2. http://beningembun-apriliasya.blogspot.com/2010/10/pengertian-wacana-dan-macam-macamnya.html
3. http://analisis-wacana.livejournal.com/11306.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar